Liputan6.com, Yogyakarta: Melihat kondisi rumah berdinding bambu dengan banyak lubang di beberapa bagian tentu sulit dibayangkan bahwa keluarga ini mampu membiayai pendidikan anaknya hingga ke perguruan tinggi.
Tapi mahalnya biaya ternyata tidak menutup peluang salah satu penghuni rumah, Eko Nugroho Pratomo, untuk mengenyam pendidikan. Bermodal prestasi, Eko mampu mengatasi mahalnya biaya pendidikan yang bisa mencapai ratusan juta rupiah. Anak pertama dari dua bersaudara pasangan Heru Sumaryadi dan Widayati diterima di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta jurusan Kimia melalui Jalur Bidik Misi atau jalur beasiswa bagi keluarga miskin.
Awalnya, kuliah di UGM bagi warga Desa Kebonagung, Imogiri, Bantul, ini tentu hanya angan. Ayahnya hanya buruh serabutan yang lebih banyak menganggur. Apalagi, sejengkal lahan pertanian pun tak dimiliki. Selama ini, ekonomi keluarga justru berada di pundak ibunya yang bekerja sebagai buruh goreng rempeyek kacang dengan upah Rp 90 ribu per minggu.
Kini, meski rasa gembira dan bangga dirasakan, tetap saja keluarga ini khawatir jika kelak beasiswa tidak mencukupi seluruh kebutuhan pendidikan Eko hingga putus di tengah jalan.
Pemuda kelahiran 11 September 1993 ini hanya anak desa yang sebagian waktunya dihabiskan untuk membantu orangtuanya. Terkadang ia mencari kayu bakar atau menggembalakan ternak yang dititipkan di kandang kelompok. Namun, di SMA 1 Imogiri, ia selalu memperoleh peringkat pertama sejak di kelas satu. Eko berharap beasiswa Rp 600 ribu per bulan bisa mewujudkan mimpinya menjadi ahli kimia ternama. (YUS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar