Jumat, 11 Mei 2012

Sukhoi Pada Gunung Salak. Part(1):Pesawat Seperti Apa Sukhoi SSJ 100 dan Misteri Gunung Salak

Kemarin tepatnya Rabu (9/5), terjadi kecelakaan besar yang mengegerkan kita, Yup... kecelakaan pesawat terbang Sukhoi SSJ 100 di Gunung Salak. Pada part ini saya akan membahas tentang 'tipe pesawat seperti apa Sukhoi SSJ 100 itu dan Misteri Gunung Salak?'. Well, tanpa basa basi langsung saja, ini dia...


Sukhoi Superjet 100

Sukhoi Superjet 100 (Bahasa Rusia: Сухой Суперджет 100) merupakan sebuah pesawat yang dibuat dan dikembangkan oleh Sukhoi. Pesawat ini merupakan salah satu pesawat terbaru di Rusia dan merupakan pesawat penumpang Rusia pertama yang dikembangkan pasca bubarnya Uni Soviet . Pesawat ini ditujukan untuk menggantikan Tupolev Tu-134 dan Yakovlev Yak-42 peninggalan Soviet yang sudah tua dan sering mengalami kecelakaan. Di pasar global, Superjet 100 berkompetisi dengan seri pesawat regional Bombardier CRJ dan Embraer E-Jets serta Antonov An-148. Proyek Superjet 100 didukung sepenuhnya oleh pemerintah Rusia dan dikatakan sebagai salah satu proyek nasional terpenting. Sukhoi Superjet 100 pertama kali mengudara pada2011. Pengguna pertamanya adalah maskapai penerbangan nasional Armenia,Armavia, yang membeli sebanyak 4 unit. Aeroflot, maskapai penerbangan nasional Rusia memesan sebanyak 50 unit, tiga diantaranya sudah masuk dinas. Di Indonesia, pesawat ini telah dipesan Kartika Airlines sebanyak 15 unit, dan Sky Aviation, juga sebanyak 15 unit.

.
Aeroflot Sukhoi SuperJet Osokin.jpg
sumber gambar. http://bit.ly/deM2Fw
Data Pesawat
TipePesawat penumpang regional
 ProdusenKomsomolsk-on-Amur Aircraft Production Association
 PerancangSukhoi Civil Aircraft (UAC)
 Terbang perdana19 May 2008
 Diperkenalkan21 April 2011 dengan Armavia
 PenggunaAeroflot
 Tahun produksi2007–sekarang
 Jumlah produksi6 prototypes + 6 serial (Dec 2011)
 Biaya programUS$1.4 miliar
 Harga satuan$23-25 juta
 Varian




Pesawat ini mulai diproduksi pada tahun 2007. Hingga saat ini jumlah produksinya adalah 6. Perancangannya dimulai mulai tahun 2000 oleh Sukhoidengan dukungan perusahaan kedirgantaraan Barat seperti Boeing sebagai konsultan proyek, Alenia Aeronautica sebagai partner strategis. Snecmasebagai risk-sharing partner, dan berbagai perusahaan lainnya seperti Thalessebagai penyedia paket avionik. Pesawat ini telah disertifikasi laik terbang olehKomite Penerbangan Antarnegara pada 3 Februari 2011 dan diharapkan sertifikasi Uni Eropa segera menyusul

Misteri Gunung Salak

sumber gambar. http://gispala.files.wordpress.com/2011/04/gunung-salak.jpg
Inilah pesona Gunung Salak, gambar diatas merupakan pemandangan yang sangat indah. Namun siapa sangka, di balik keindahannya itu terdapat sejuat misteri yang menyelimutinya.

Banyak kecelakaan di Gunung Salak, dari kecelakaan pesawat sampai manusia. Yang terbaru adalah jatuhnya pesawat Sukhoi. Kisah misteri Gunung Salak tak lagi asing bagi warga yang bermukim di kawasan Bogor. Bahkan, tak lagi aneh jika adanya peristiwa pendaki yang tersasar ataupun menghilang. Dalam masyarakat Jawa mempercayai adanya beberapa titik lokasi tertentu yang mengandung pusat energi gaib, dan dapat memberikan respon pengaruh positif atau negatif yang melintasi di pusat energi tersebut. Seperti halnya kondisi Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat, dimana banyak terdapat tempat keramat yang dihormati oleh masyarakat. Beberapa pantangan diberlakukan bagi yang melintas didaerah tersebut. 


 Beberapa catatan kecelakaan yang bisa dilihat balik:
“Berada di ketinggian 2.211 meter, kawasan Gunung Salak dikenal sebagai lokasi jatuhnya sejumlah pesawat. Berikut ini datanya:
- 10 Oktober 2002 Pesawat Trike bermesin PKS 098 jatuh di Lido, Bogor. Korban: 1 tewas.
- 29 Oktober 2003 Helikopter Sikorsky S-58T Twinpac TNI AU jatuh di Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor. Korban: 7 tewas.
- 15 April 2004 Pesawat paralayang Red Baron GT 500 milik Lido Aero Sport jatuh di Desa Wates Jaya, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor. Korban: 2 tewas.
- 20 Juni 2004 Pesawat Cessna 185 Skywagon jatuh di Danau Lido, di Cijeruk, Bogor. Korban: 5 tewas.
- Juni 2008 Pesawat Casa 212 TNI AU jatuh di Gunung Salak di ketinggian 4.200 kaki dari permukaan laut. Korban: 18 tewas.
- 30 April 2009 Pesawat latih Donner milik Pusat Pelatihan Penerbangan Curug jatuh di Kampung Cibunar, Desa Tenjo, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor.
Korban: 3 tewas.”


“Keenam mahasiswa itu diduga masuk melalui jalur “tikus” di Cimelati, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, karena sejak awal Januari hingga akhir Februari 2010 jalur pendakian ke Gunung Salak ditutup karena faktor cuaca. Menurut Tomex, pihaknya telah menyiapkan ambulan dan untuk mendukung proses evakuasi diterjunkan 21 anggota kepolisian yang siaga di lokasi. Tomex menjelaskan, posisi enam mahasiswa tersebut ketika ditemukan berada pada 2.100 meter di atas permukaan laut (mdpl), dengan jarak tempuh menuju lokasi evakuasi lima jam.”
“Di kawasan inilah pada April 1987 silam, tujuh siswa STM Pembangunan, Jakarta Timur, ditemukan tewas setelah terperosok ke jurang di Curug Orok yang berkedalaman sekitar 400 meter di punggung gunung berketinggian sekitar 1.600 m.”




Salah satu ciri gunung ini adalah tebalnya kabut dan cuaca yang tidak terduga. Kabut ini bisa menghalangi para pendaki dan pilot pesawat. Saya pernah mendaki gunung ini sekitar tahun 1985. Kabutnya memang tebal. Dan ada anjing kecil liar yang selalu mengikuti kami dari awal perjalanan, istirahat sampai pulang keesokan harinya. Anjiing itu karena tidak mengganggu kami biarkan saja. Dan anjing itu juga ternyata terkenal di kalangan pendaki, sering mengikuti beberapa pendaki. Pada saat mendengar kecelakaan pendakian tahun 1987, berita dari sesama pendaki, sang anjing sudah tidak ada kabarnya sejak 1986. Beberapa keariflan lokal yang harus ditaati oleh pendaki adalah, jangan kencing sembarangan, jangan membuat kerusakan yang tidak perlu dan tidak menyakiti binatang. Secara logika mungkin agak susah menghubungkan kearifan lokal, dan kecelakaan pesawat di gunung Salak. Yang jelas, mari hormati alam dan bumi kita.


Referensi:

Kamis, 10 Mei 2012

Dalam Dunia Kuantum, Berlian Berkomunikasi Satu Sama Lain

Para peneliti yang bekerja di Laboratorium Clarendon di Universitas Oxford, Inggris, telah berhasil membuat satu berlian kecil berkomunikasi dengan berlian kecil lainnya dengan memanfaatkan “keterikatan kuantum”, salah satu fitur yang menggugah dalam fisika kuantum.

Keterikatan (entanglement) telah terbukti sebelumnya, namun apa yang membuat percobaan Oxford menjadi unik adalah konsepnya yang ditunjukkan dengan benda padat yang cukup besar pada suhu ruangan.
Keterikatan materi sebelumnya melibatkan partikel submikroskopik, seringkali pada suhu yang dingin.
Percobaan ini menggunakan berlian berskala milimeter, “bukan atom individu, bukan awan gas,” kata Ian Walmsley, profesor fisika eksperimental di Laboratorium Clarendon Oxford, salah satu tim peneliti internasional.

Ketika memberi kejutan listrik pada satu berlian buatan dengan pulsa laser ultra-pendek, mereka berhasil mengubah getaran berlian kedua yang terletak sejauh setengah kaki tanpa sedikitpun menyentuhnya.
“Keterikatan” berasal dari pikiran Albert Einstein, yang ironisnya hadir dengan gagasan untuk mencoba menyanggah mekanika kuantum, cabang fisika yang tidak ia yakini sepanjang hidupnya.

Berdasarkan teori ini, jika dua partikel, misalnya elektron, diciptakan bersamaan, beberapa atribut mereka akan menjadi “terikat”. Jika keduanya kemudian dipisahkan, dengan melakukan sesuatu pada yang satu, maka itu akan langsung mempengaruhi yang lainnya. Ini akan terjadi entah posisi mereka berdampingan satu sama lain ataupun terpisah jauh di alam semesta.

Sebagai contoh, elektron bertindak seolah-olah mereka memiliki magnet bar kecil yang mengarah ke atas atau bawah, digambarkan dengan sebuah atribut yang disebut “spin”. Jika kedua elektron saling terikat lewat spin mereka – atas atau bawah – dan ilmuwan mengukur spin yang satu, maka spin yang lain akan bereaksi, bahkan sekalipun yang satu berada di atas meja laboratorium di Oxford dan yang lainnya berada di sebuah planet dekat bintang Antares sejauh 1.000 tahun cahaya.

Ini bisa mengindikasikan bahwa, informasi tentang perubahan ini melakukan perjalanan yang lebih cepat dari kecepatan cahaya – yang Einstein katakan adalah tidak mungkin – atau jarak jauhnya adalah semacam ilusi.
Einstein menyebutnya sebagai “aksi seram di kejauhan”. Fisikawan Jerman Erwin Schrodinger menggunakan istilah “keterikatan” dalam secarik surat kepada Einstein. Dia pun tidak meyakini mekanika kuantum.
“Saya rasa saya bisa katakan bahwa tak ada seorangpun yang memahami mekanika kuantum,” jelas fisikawan Richard Feynman.

Meskipun demikian, mekanika kuantum kini merupakan paradigma bagi alam pada tingkat atom. Ini berfungsi sebagai dasar pada banyak teknologi modern, dari laser hingga transistor. Dan keterikatan hadir sebagai bagian dari paketnya. Para fisikawan telah menunjukkannya dalam laboratorium sejak tahun 1980-an, dan tengah digunakan dalam ekperimen laboratorium dengan blok-blok bangunan komputer kuantum.

Berlian yang digunakan Walmsley dan tim internasional berukuran sekitar 3 milimeter persegi dengan ketebalan 1 milimeter.
“Kami menggunakan laser pulsa pendek dengan durasi pulsa sekitar 100 femto-detik (seper satu detik),” katanya.

Mereka memilih berlian karena merupakan kristal, sehingga lebih mudah mengukur getaran molekulnya, dan karena transparan pada panjang gelombang yang terlihat. Cahaya dari laser mengubah semacam getaran massa dalam kristal berlian yang disebut fonon, dan pengukuran menunjukkan bahwa mereka terikat:Getaran berlian yang kedua bereaksi terhadap apa yang terjadi pada getaran yang pertama.

Dengan melakukan percobaan dengan pulsa laser yang ultra-cepat, memungkinkan para peneliti menangkap keterikatan, yang biasanya sangat berlangsung cepat pada benda-benda besar dalam suhu kamar.

“Ini tetap merupakan cara berpikir yang berlawanan tentang objek,” aku Walmsley.

“Ini adalah potongan kerja yang sangat bagus dan cerdas dengan implikasi yang berpotensi besar,” kata Sidney Perkowitz, seorang fisikawan di Universitas Emory di Atlanta, dan penulis “Slow Light: Invisibility, Teleportation and Other Mysteries of Light”, buku yang sebagian membahas tentang keterikatan. Ukuran makroskopik, dan fakta bahwa hal ini dilakukan pada suhu kamar, akan menjadi langkah penting menuju teknologi kuantum praktis untuk telekomunikasi dan komputasi, dan ke arah pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana dunia kuantum dan dunia skala-manusia saling terkait.”



sumber: http://www.faktailmiah.com/2011/12/02/dalam-dunia-kuantum-berlian-berkomunikasi-satu-sama-lain.html